Menabung Yuk!! (part 1)

Terinspirasi dari blog temanku, aku jadi ingin membahas tentang sedikit trik keuangan yang kuketahui dari “obrolan-obrolan ringan”. Meski data-datanya tidak terlalu valid, namun menurutku cukup layak juga untuk diperhatikan (apa direnungkan ya?). Berikut “pelajaran” yang telah kukumpulkan selama ini:

Dari acara Oprah (lagi! My favorite television program deh!), saat membahas tentang “Debt Diet”, sempet juga disinggung tentang Anggaran Rumah Tangga yang ideal. Yang jelas, tiap-tiap rumah tangga (orang per orang juga bisa disebut rumah tangga nggak?) harus mempunyai anggarannya sendiri. Ini untuk mencegah pengeluaran berlebih yang nggak jelas jluntrungan-nya. Contoh yang diberikan seperti ini:

a. Rumah (plus asuransi dan perbaikan2nya) 35%

b. Transportasi (plus bensin, bea parkir, kir, dsb) 15%

c. Lain-lain (makan, baju, rekreasi, dsb) 25%

d. Utang 15%

e. Tabungan 10%

Aku nggak tahu apakah anggaran macam ini bisa diterapkan di Indonesia atau hanya berlaku di AS sana. Utang dimaksud adalah utang-utang dalam bentuk kartu kredit, terserah kredit macam apa pun. Sebenarnya agak bertolak belakang juga dengan yang pernah dikatakan Ustad Antonio (bahwa tabungan dan investasi harusnya mencapai 30% dari keseluruhan pendapatan). Tapi sementara ini membahas yang dari Oprah dulu deh!

Buat orang yang belum menikah seperti aku, dan masih nge-kos pula, rumus di atas kuterapkan dengan menghitung pendapatan honor (yang masih di bawah UMR Jakarta! Huhuhu) dikurangi pengeluaran untuk kos (35% x 850 rb = 297 rb, tapi ternyata kos ku sebulan 300 rb, masih mendekati lah!), transpor ke kantor, dan tabungan (ga nyampe 10% sih, tapi paling ga nabung), sisanya baru kuhitung sebagai pengeluaran maksimal yang bisa kubuat makan dan biaya hidup lain. Cukup bermanfaat juga lho!

Sementara buat yang udah nikah, point penting yang sempet kuinget adalah wajib-nya kita untuk punya rumah sendiri. Selain nanti total pengeluarannya lebih murah, rumah juga investasi yang bagus buat masa depan. Jangan sampai kita keasyikan tinggal di apartemen (huuu…apartemen??) trus saat tua, saat gaji tinggal 75% (buat para PNS nih!) kita baru kelabakan nyari rumah, sementara harganya dah melangit. Cucu-cucu kan biasanya selalu mendamba “liburan ke rumah nenek”?! Malu donk, kalo “nenek” malah ga punya “rumah”?! Hehehe…

Point lain, adalah “Kalo Bisa Jangan Pernah Berhutang, Apalagi Terlibat Dalam Suatu Kartu Kredit”. Sudah dikenai biaya administrasi, kemudahan dalam menggunakan kartu kredit akan membuat kita lebih mudah mengeluarkan uang. Belum lagi brosur yang gencar diberikan oleh pihak Bank, menawarkan informasi tentang barang-barang baru dengan iming-iming diskon, point, bonus, dsb yang bikin kita mupeng dan semakin komsumtif jadinya. ^_^

Point terakhir: Stop Shopping! Hehehe, susah ya kalo buat cewek ga jalan-jalan ke mall. Tapi pikir deh, tiap kali kita ke mall, atau nganterin temen belanja misal, hampir bisa dipastikan kita tertarik juga membeli sesuatu. Padahal sesuatu itu tidak terlalu penting buat kita. Aku aja, yang terkenal diantara teman-teman dengan tekad kuat dalam masalah pengeluaran, ga pernah bisa meninggalkan Carrefour tanpa membeli apapun. Kqkqkq… Kalo mau jalan-jalan, trus terpaksa keluar uang tapi uang itu akan tetap bermanfaat, bahkan manfaatnya adalah bagi masyarakat, cobalah jalan ke pasar tradisional. Kalaupun kita keluar uang, tokh kita sudah mendukung perekonomian rakyat…(Kan katanya pasar tradisional lagi kembang-kempis tuh!) ^_^

Tsuzuku … (bersambung)

8 pemikiran pada “Menabung Yuk!! (part 1)

  1. terinspirasi dari blog temen mbak yang mana, nih?

    (^_^)v

    yah, jangan ditiru tuh. utang tuh sebisa mungkin 0%! kemarin baru ada pengajian di masjid kantor. kata pak ustadznya, kl kita punya utang, musti dikasih tau ama sanak famili, biar nt kl misalnya kita meninggal, utang kita bisa dilunasi ama mereka. soalnya mbak, meski kita ahli ibadah (‘âbid) tapi kl utang kita di dunia belum lunas, Allâh ga akan membukakan pintu surga-Nya.

    belajar dari salah seorang kawan, sebulan itu mustinya menabung Rp1 juta buat biaya nikah nanti (maap, temenku itu cowok. jd spesial cowok doang), Rp1 juta untuk nabung beli motor, Rp5oo rb untuk nabung beli laptop.

    pake kartu debit aja, mbak.

    kl baiknya sih, sebisa mungkin kita mencatat setiap pengeluaran kita. kan dah diajarin soal APBN ama SAP, tuh. kita terapkan aja di diri kita. ya dimodifikasi dikit, lah. yg penting, catat segala aktivitas keuangan kita. InsyaAllâh bisa mengendalikan.

    (^_^)v

    Semangat!

  2. drjt:
    Blog “teman”…
    Clue: cewek, sering dibilang orang kami kaya orang kembar, sohib baikku, dan sekarang kerja di tempat yang sama denganku.
    Sayangnya Mbaknya ga mau blog-nya di-publish sekarang. Masih malu katanya…;p
    Iya, sebisa mungkin ga ngutang. Kalo di contoh itu ada utang, kayaè itu allowance buat kredit2 macam kredit mobil, alat2 rumah tangga, perabot, dll (kan biasanya orang luar bayarnya pake kartu kredit tuh, jadi bisa dibilang cicilan utang juga)
    Iya, aku prefer pake kartu debit. Kartu kredit hanya perlu kalo ada yang mendesak, misal: pas Wedding Expo. Hehehe..soale kata majalah yang lagi membahas itu, “Siapkan kartu kredit Anda. Jangan sampai Anda kehilangan kesempatan mendapatkan wedding organizer atau paket pernikahan yang lagi diskon.” Gitu…kqkqkq
    Ckckck…tabungan sebesar itu? buat cowok se bagus, tapi emang gaji PNS cukup ya buat semua itu??
    Iya, dari kuliah aku juga dah biasa mencatat pengeluaranku (cuma bulan kemarin lagi males aja) 😀

  3. wah, boleh jg tu mb ideny…Mencatat pengeluaran sekecil apapun^_^
    Q jg blm terbiasa ky gt. Mgkn q hrs lbh byk bljr utk memenej pengeluaran. Aplg dkt kosan da pasar kget typ ahad. Waduh, berat jg klo jalan2 ksna tnp membeli apa2^_^

  4. Pas kuliah sempet juga tuh nyatet2 pengeluaran, bahkan yang super2 kecil pun ga ketinggalan. Akan tetapi, setelah aku memasuki dunia kerja, hal itu sangat sulit aku lakukan mengingat kesibukan yang begitu padat. Halahhh,,,,, sok sibuk gini jadinya. Padahal yo lebih banyak waktu luang pas kerja daripada pas kuliah.
    Sekarang dah malas… 😀
    Penyakitku yang satu ini emang harus segera dibasmi!!!
    Kalo sekarang, ya dicatat di kepala saja, tapi berhubung aku punya tingkat kelupaan yang cukup tinggi, tetep aja catatanku amburadul, tiap bulan selalu tekorrr… Ga kayak pas kuliah dulu. 😦

    BTW, Mba Fauziah kemarin nyasar ke blognya siapa??? 😀

  5. Pak Tung Desem Waringin ngasih tips agar punya peternakan uang.
    1.Menunda kesenangan
    Menunda kesenangan bukan berarti pelit sampai melilit. Menunda kesenangan berarti tidak membeli dahulu barang yang kita inginkan. Bukan tidak membeli barang yang kita butuhkan.
    2.Aset Alokasi
    Penghasilan kita harus dialokasikan. ada pedoman dalam menyusun anggaran rumah tangga:
    a.minimal 10% disisihkan untuk hari tua.
    b.minimal 10% disisihkan untuk dana pendidikan.
    c.minimal 10% disisihkan untuk dana cadangan
    d.maksimal 10% untuk senang-senang
    e.minimal 10% untuk amal
    f.maksimal 50% untuk dihabiskan
    3.Kesenangan alokasi
    Alokasikan kesenangan Anda dengan berinvestasi yang cerdas

    sekian Mbak Nur. bisa dilihat juga di http://www.perencanakeuangan.com

    terimakasih

  6. Lagi browsing, kok nyantol ke mari ya 😀

    Nimbrung Mba, emang ada kesalahan pola pikir orang Indonesia, yg secara sadar justru dimanfaatkan dunia perbankan nasional… nah lho… :p

    Begini ceritanya, kalo di negara maju di Amerika Utara dan Uni Eropa, yg namanya orang buka rekening di bank itu diwajibkan membuka 2 rekening:
    1. Current Account: gampang diambil dananya via ATM/kasir/mesin EDC/Autodebet/E-banking. Rekening ini biasanya dipakai u/ bayar2 tagihan dan cicilan/kredit. Dana di rekening ini biasanya ga ngendap lama2… palingan sebulan.
    2. Saving Account: susah ngambilnya dan ada minimum-maksimum jumlah dana dan frekuensi penarikan yg diatur oleh bank. Rekening ini biasanya dipakai u/ NABUNG! (TITIK, ga pake koma). Nah dari sinilah Bank punya dana u/ diputar di pasar uang, saham dlsb. Dan rekening inilah yg digunakan u/ referensi bank juga, misalnya Kartu Kredit, KPR, KPM, KTA, Kredit usaha dlsb.

    Ada gitu bank nasional (dan asing di Indonesia) yg tawarin 2 akun spt itu? Saya yakin ga ada! Kenapa? Karena mereka lebih takut kehilangan nasabah, yg notabene emang blm sampai kepada budaya menabung. Rekening bank dipakai u/ segala hal, akibatnya boro2 nabung khan? 🙂

    Just my two cents, kalo ga setuju monggo didebat :p

    => Wah, baru tau tentang hal ini. Sangat mencerahkan. ^-^

    Nur sekarang juga udah nyoba pake dua akun gitu, tabungan buat nampung gaji, trus buka deposito di muamalat. Yang udah jalan lama sih Tabungan Rencana Mandiri, tapi itu cuma 300 ribu/bulan. Nabung di koperasi pegawai juga pilihan menarik (SHU-nya lumayan lho). Yang jelas sih jangan ngumpulin duit di satu dompet. Ya kan, mbak?! 😉

Tinggalkan Balasan ke fauziah85 Batalkan balasan