Moral Hari Ini

Hari ini, aku mendapatkan pelajaran moral yang begitu berharga:

1. Bagi yang merasa kurang puas terhadap keadaan kantor, atau ingin protes karena perbuatan orang-orang kantor, peraturan pertama: jangan membicarakannya di lingkungan kantor!

Jadi, demikianlah kronologisnya. Siang tadi aku dan teman seruanganku yang begitu setia –si Ncep- pergi ke BRI di gedung sebelah dengan niatan tulus: membuka rekening bagi gaji di masa mendatang. Di sana ternyata sudah ada 2 teman dari DJPK dan Biro Humas. Aku dan Ncep pun mengisi formulir-formulir yang bejibun (catatan: membuka rekening di BRI lebih mbulet daripada Mandiri, selain itu tidak disediakan tempat duduk yang layak untuk mengisinya) Setelah terisi sempurna, kami menyerahkannya pada Mbak petugas Customer Service. Sembari menunggu panggilan, kami duduk di kursi tunggu. Di saat itulah, penyakit perempuan pun kumat: bergosip! Tapi alih-alih bergosip dalam artian membicarakan orang lain, kami membicarakan keadaan kantor: kenapa begini, kenapa begitu, kenapa orang-orang kaya gitu… (seperti yang pernah kutulis di Pe-èr berantai, kehidupan kantor bisa sangat mengerikan) Pembicaraan seru menyerempet bagian-bagian lain dan menyangkut-nyangkut beberapa nama orang itu berlangsung dengan meriah selama sekitar 10 menit hingga si Ncep dengan shock-nya terpekik tertahan, ”Mbak, itu Pak XXX bukan?” katanya sambil menunjuk lelaki yang sedari tadi duduk di depanku. Aku dengan kaget menoleh, mencoba mengamati Bapak yang bersangkutan dari belakang. Dalam 2 menit yang penuh deg-degan aku akhirnya menyimpulkan, ”Benar! Itu Pak XXX dari bagian lain. Ya ampun!”

Jadi, demikianlah pembaca yang budiman. Entah apa saja yang sudah didengar oleh Bapak XXX tersebut. Yang jelas, detik itu rasanya kami pengin bunuh diri. ”Harakiri aja yuk Mbak!” kata si Ncep. Dan aku pun bertanya pada teman dari Humas, ”Ada yang punya tali?”. Sang teman terheran-heran, ”Buat apa?”. Kami kompak menjawab: buat bunuh diri! Benar-benar memalukan (dan membahayakan kedudukan. Ah Nur, kau selalu menjerumuskan diri sendiri ke dalam masalah T-T) Sampai datanglah teman lain dari Humas. Salah satu teman itu sudah terkenal kreativitasnya sampai-sampai terkenal sebagai Staf Ahli Pembajakan Depkeu. Maka kami pun bertanya pada yang bersangkutan, ”Bagaimana cara bunuh diri yang mudah?” Ternyata kami mendapat jawaban tak terduga, ”Pakai penggaris aja…” Kok bisa?! Beliau melanjutkan, ”Iya, bawa penggarisnya ke lantai 12, buka jendela, lalu…” Yah, demikianlah ide yang sangat briliant dari sang Jenius.

Sampai Bapaknya pergi (aku saat itu lagi di Cutomer Service sih), kami tidak berani menyapanya. Entah apa yang akan terjadi pasca acara rasan-rasan itu, tapi aku dan Ncep sudah siap menghadapi kenyataan yang paling buruk. T-T (Doain ya teman-teman, semoga tidak ada lagi sesuatu yang buruk menimpa kami, hiks… )

2. Khusus untuk para cowok: Jangan pernah merebut kursi di tempat makan dari seorang gadis. Sumpah, itu perbuatan rendah yang sangat tidak bermoral!!

Mengenai peristiwa ini, aku mempersilahkan teman seruanganku Ncep untuk menceritakan penderitaannya.

Teman2, perkenalkan, aku adalah teman seperjuangan Mbak Nur yang telah dengan setianya menemaninya masuk ke dalam kejadian yang lumayan memalukan di atas. Dan musibah itu tak berakhir di situ saja, masih ada satu lagi, berikut selengkapnya:

Berkat kejadian di atas cacing di perutku teriak2 minta makan….
Dan kami (aku+temenku –pemilik blog ini maksudnyè-) melenggang ke kantin gedung B.
Nyampe di sana, para penguasa HUMAS sudah membooking satu meja besar sebagai tempat perjamuan bagi mereka…
Ya berhubung aku bukan bagian dari mereka, aku pun pergi ke meja lain yang sudah terisi oleh 2 orang ibu2.
’’Mbak aku ngambil makan dulu….ntar gantian, biar dapet tempat duduk..!!’’
’’Iya…!!’’
Dan mbak Nur mengambil air minum dan menempati singgasananya dan menjagakan tempat duduk emas buatku…
’’Ewm…mo makan apa ya??’’ tanyaku dalam hati. Setelah berfikir sekian lama, aku putuskan untuk makan karedok, udang goreng tepung, dan perkedel. Dan totalnya Rp 6000 saja.
Aku kembali melenggang ke meja kebesaranku….
’’udah mbak….gantian.’’
’’yah..!!!” kata Mbak Nur
Ya sudahlah, aku kembali tepekur menghadapi makananku, tapi kok rasanya jadi gak mood makan gini ya. Apa gara2 kejadian super memalukan yang baru saja menimpaku ya??
Tau deh…..
Ewm…kuamati HP, aku pun berniat untuk meng-esemes salah satu temanku…(otomatis aku nunduk), tapi aku mengurungkan niatku itu dan kembali ke posisi semula….
And……kursi buat Mbak Nur dah gak ada lagi..
Ow …kemana hilangnya..???? dan ternyata kursi indah itu telah diangkut oleh seorang mas2….aku tak kuasa buat menahannya buat ngembaliin kursi itu, karena mas2nya dah lumayan jauh berjalan.
Dan, otakku kembali berfikir. Bagaimana caranya aku mempertanggung jawabkan perbuatanku kepada Mbak Nur yang telah lalai dengan tugasku sebagai ’’Guardian Angel’’nya kursi Mbak Nur.
Dan otakku ternyata lumayan cerdas untuk saat2 genting ini…aku masih melihat sebuah kursi merah teronggok dengan manisnya di pojokan ruangan.
Segera kuambil kursi itu….
Kupegang dengan eratnya. Baru 1 langkah aku jalan, seorang bapak2 dengan kerennya mengambil dengan entengnya dari tanganku.
Ogh…..aku masih terbengong2….
Seorang bapak2 paruh baya dengan muka tak bersalah mengambil dengan entengnya sebuah kursi dari seorang anak perempuan yang pasti jauh lebih muda darinya….
What’s your opinion?????
Ogh…..!!!! God….!!!! Apa salahku seh….!!! Hingga sebuah kursi aja bisa diambil secara paksa (kan gak ada izin khusus dariku)??????
Egh…..serasa aku pengen marah…..
Tapi aku nyadar itu tempat umum, dan aku tak mau mempermalukan diriku sendiri….(apalagi orang2 memandangiku dengan anehnya)
Dengan wajah tertunduk aku kembali ketempat semula yang temapat duduknya sudah berkurang satu.
‘’Loh Sep, mana kursinya????’’
Aku bingung mo ngomong apa karena masih kesel ma bapak2 yang tadi.
”Mbak pindah aja ya…..di situ ada yang kosong 2 kok”
Dan, pindahlah kami ketempat yang kutunjuk itu.
Sumpah, selera makanku langsung ilang .

NB: Buat bapak2 yang telah mengambil kursi merahku, besok low aku ulang taun aku minta dikado ”KURSI MERAH” yang ukurannya sama yang telah kauambil.

Hehehe, demikianlah saudara-saudara. Kami meneruskan makan sembari diriku hampir tak bisa berhenti ketawa (aneh, deh, kalo ada kejadian buruk aku selalu menampilkan dua kemungkinan: nangis atau ketawa ngakak –dasar ga waras-) mengingat sebenarnya saat mengantri makan itu aku mengalami satu lagi kejadian memalukan (tak perlu diceritakan ah!)

Semoga dapat diambil pelajaran…